Bitcoin halving day menjadi momen yang paling dinantikan oleh para investor mata uang kripto, trader, dan penggemar teknologi blockchain di tahun 2020. Pasalnya secara historis, fenomena ini adalah prekursor dari kripto bull market yang merupakan momentum bagi para penambang dan investor untuk mendulang profit signifikan.

Lantas, apa yang menyebabkan halving terjadi? Bagaimana fenomena ini dapat mempengaruhi harga bitcoin di pasaran? Dan apa peran stablecoin terhadap fenomena halving kali ini?

Apa itu halving?

Bitcoin halving day adalah momen dimana imbalan bitcoin baru yang diberikan kepada penambang (miner) pada setiap blok bitcoin akan dikurangi setengahnya. Pengurangan ini terjadi setiap empat tahun sekali atau setiap 210.000 blok.

Sejauh ini bitcoin telah mengalami dua periode halving, yaitu di tahun 2012, dengan penurunan jumlah imbalan dari 50 menjadi 25 bitcoin per blok; dan 2016, dengan penurunan dari 25 menjadi 12,5 bitcoin per blok hingga sekarang. Jadi, ada sekitar 1800 bitcoin baru yang ditambang per hari saat ini.

Bitcoin halving day selanjutnya diprediksi akan terjadi pada blok 630.000 pada pertengahan Mei 2020. Setelah halving, insentif penambang akan dikurangi setengahnya menjadi 6,25 bitcoin per blok, atau 900 bitcoin baru yang ditambang per hari. Halving ini akan mengakibatkan kecepatan penambahan supply bitcoin baru berkurang secara drastis.

Mengapa halving terjadi?

Sejak Bitcoin pertama kali diciptakan pada Januari 2009, total supply Bitcoin dibatasi hingga 21 juta unit dari algoritma bawaannya. Saat ini sudah ada sekitar 18 juta bitcoin yang telah ditambang (terhitung sejak artikel ini diterbitkan).

Untuk mengontrol jumlah supplynya, Bitcoin dirancang untuk secara bertahap mengurangi insentif penambang setiap empat tahun. Sistem ini memastikan circulating supply bitcoin akan semakin langka, dan ini yang menyebabkan prediksi bahwa harga bitcoin akan terus meningkat.

Bagaimana pengaruhnya terhadap harga pasar?

Melihat tren yang terjadi pada kedua halving sebelumnya, pergerakan harga bitcoin diprediksi mengalami kenaikan pada kurun waktu menjelang halving sebelum akhirnya turun drastis ketika halving terjadi, untuk kemudian meroket lebih lanjut pasca halving.

“Setelah halving, bitcoin akan semakin langka, karena jumlah yang masuk ke sirkulasi untuk setiap blok yang diselesaikan penambang akan dikurangi setengahnya. Harga bitcoin berpotensi melonjak tajam karena permintaan pasar akan melebihi pasokan yang tersedia,” papar Muhammad Zaky, Business Development dari Rupiah Token.

Sumber: F.Bonelli – The Crypto MBA

Selain faktor kelangkaan, atensi masyarakat terhadap blockchain dan bitcoin juga berpengaruh terhadap peningkatan harga.

Ini sejalan dengan banyaknya instansi yang mulai mengeksplorasi teknologi blockchain—seperti bursa kripto, wallet, dApps, dan masih banyak lagi. Demikian juga dengan berbagai komunitas dan asosiasi blockchain yang terus gencar melakukan edukasi dan menyuarakan pentingnya membangun sistem keuangan terbuka untuk menyambut Revolusi Industri 4.0. Apalagi saat ini pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan dengan mengeluarkan beberapa regulasi seperti Peraturan BAPPEBTI No. 9 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, yang bertujuan memberikan perlindungan masyarakat. Hal ini menimbulkan kesadaran dan rasa percaya masyarakat akan teknologi blockchain.

Peran Stablecoin terhadap fenomena Bitcoin Halving

Kenaikan harga bitcoin pasca halving day turut berdampak terhadap pergerakan harga aset crypto lainnya.

“Hal ini tentunya menimbulkan hasrat trading yang semakin meningkat. Di sinilah peran stablecoin seperti Rupiah Token (IDRT) dapat digunakan untuk hedging, atau mengamankan profit dari kemungkinan loss ketika terjadi pullback,” ucap Zaky.

Misalnya, ketika harga bitcoin melonjak dan mencapai all time high ke US$ 20.000 per keping, maka para pemegang BTC yang memperkirakan akan terjadi pullback dapat memanfaatkan Rupiah Token (IDRT) dengan melakukan konversi BTC<>IDRT, sebelum harga turun. Ketika pullback dirasa sudah selesai, user dapat melakukan konversi kembali IDRT <> BTC untuk menunggangi gelombang uptrend selanjutnya.

“Jika permintaan pasar terhadap bitcoin semakin besar pasca halving day, kami perkirakan hal ini akan berbanding lurus dengan kebutuhan stablecoin di pasar kripto”, tutup Zaky.

Rupiah Token (IDRT) adalah stablecoin yang didukung 1:1 terhadap fiat Rupiah, dimana harga 1 IDRT akan selalu setara dengan 1 IDR. Saat ini Rupiah Token dibangun di atas tiga jaringan blockchain, yaitu Ethereum (ERC 20), Binance Chain (BEP-2), dan Luniverse—dan dapat diperdagangkan di beberapa bursa kripto terkemuka di dunia.

Tentang Rupiah Token

Didirikan pada Januari 2019, PT Rupiah Token Indonesia adalah pembuat IDRT, stablecoin pertama yang di-backing 1:1 dengan Rupiah Indonesia. IDRT sekarang dapat digunakan di banyak bursa mata uang digital (seperti Binance DEX, Ecxx, Uniswap, Bamboo Relay, DDEX, dan DEX.AG) dan dompet (seperti Trust Wallet, Ledger Nano S, dll).

Kontak kami

Untuk kemitraan atau peluang kolaborasi lainnya, silakan kontak via [email protected] atau kunjungi rupiahtoken.com

Telegram (EN): https://t.me/rupiahtokeninternational

Telegram (IDN): https://t.me/rupiahtokenindonesia

Twitter: https://twitter.com/RupiahTokenIDRT

Instagram: https://www.instagram.com/rupiahtoken/

Website: https://rupiahtoken.com/

Blog : https://rupiahtoken.com/blog

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *