Jeth Soetoyo, CEO Rupiah Token, hadir dalam diskusi panel di rangkaian acara KuCoin Mega Meet-up yang diadakan oleh KuCoin dan Tokoin pada 7 Desember 2019 di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Selatan.

Selain Rupiah Token, diskusi panel juga menghadirkan narasumber lain seperti Top Lan (co-founder KuCoin), Lawrence Samantha (founder Honest Mining), dan Ignasius Michael (General Manager Tokoin).

Acara bertajuk How Exchange Contributes to Blockchain and Crypto ini dihadiri oleh kurang lebih 400 orang dari berbagai kalangan—seperti pegiat bisnis teknologi blockchain, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan berbagai komunitas cryptocurrency di Indonesia.

“Ini adalah acara meet-up pertama di Indonesia yang digagas oleh KuCoin dan Tokoin agar segenap penggemar teknologi blockchain dan aset kripto dapat berbagi cerita dan pengamalan mereka di dunia blockchain,” ujar Reiner Rahardja, CEO Tokoin.

Pada diskusi tersebut, Jeth menjelaskan awal mula perkenalannya dengan dunia kripto dan teknologi blockchain.

“Awalnya ketika masih kuliah di Amerika, saya menyadari bahwa pengiriman uang antar negara membutuhkan waktu yang lama dengan biaya transfer yang cukup besar. Kemudian ketika beralih ke bitcoin, pengiriman hanya membutuhkan waktu satu hingga dua jam dengan biaya transfer yang jauh lebih murah,” kata Jeth.

“Membangun transaksi di blockchain memberikan efisiensi maksimum,” tambahnya.

Senada dengan Jeth, Top Lan juga menambahkan bahwa teknologi blockchain memiliki keunggulan dalam sistem keamanan.

“Teknologi blockchain memberikan keamanan yang lebih baik dengan peluang untuk memperoleh peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya,” kata Top Lan.

Diskusi ini juga membahas tentang perbedaan antara crypto mining dan crypto staking yang dipaparkan oleh Lawrence.

“Pada dasarnya kripto membutuhkan validator. Crypto mining memiliki mekanisme validasi yang dikenal sebagai Proof-of-Work (POW) dimana transaksi di blockchain harus divalidasi agar dapat dimasukkan ke dalam buku besar publik. Di sini kita mengenal node validator sebagai miner,” papar Lawrence.

“Di lain pihak, crypto staking menggunakan mekanisme konsensus Proof-of-Stake (POS). Dalam mekanisme Proof-of-Stake, orang dapat menambang atau memvalidasi transaksi blok sesuai dengan berapa banyak koin yang di-staking,” jelasnya.

Di akhir diskusi, Jeth menegaskan bahwa user experience masih menjadi tantangan yang perlu dibenahi oleh semua pegiat industri blockchain dan cryptocurrency.

“Dengan UX yang mudah dipahami semua kalangan, teknologi blockchain dapat digunakan secara lebih luas, tidak hanya pencinta kripto saja. Ke depannya, teknlogi blockchain dapat diaplikasikan untuk transaksi sehari-hari.”

Tentang KuCoin

KuCoin adalah salah satu platform pertukaran kripto paling populer di dunia. Sejak didirikan pada tahun 2017, KuCoin telah memiliki setidaknya 5 juta pengguna aktif dari 100 negara dan memiliki komunitas global di lebih dari 14 negara di dunia.

Tentang Tokoin

Tokoin adalah startup di bidang e-commerce yang menerapkan teknologi blockchain untuk akselerasi pertumbuhan UMKM. Saat ini ada 10.000 UMKM yang menggunakan platform Tokoin

Tentang Rupiah Token

Didirikan pada Januari 2019, PT Rupiah Token Indonesia adalah pembuat IDRT, stablecoin pertama yang di-backing 1:1 dengan Rupiah Indonesia. IDRT sekarang dapat digunakan di banyak bursa mata uang digital (seperti Binance DEX, Ecxx, Uniswap, Bamboo Relay, DDEX, dan DEX.AG) dan dompet (seperti Trust Wallet, Ledger Nano S, dll).

Kontak kami

Untuk kemitraan atau peluang kolaborasi lainnya, silakan kontak via [email protected] atau kunjungi rupiahtoken.com

Telegram (EN): https://t.me/rupiahtokeninternational

Telegram (IDN): https://t.me/rupiahtokenindonesia

Twitter: https://twitter.com/RupiahTokenIDRT

Instagram: https://www.instagram.com/rupiahtoken/

Website: https://rupiahtoken.com/

Blog : https://rupiahtoken.com/blog

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *